Sabtu, 07 Mei 2011

Magnet Hati


Tidak ada seorang pun, ketika Allah menciptakannya, kecuali pasti memiliki potensi menerima dan menolak. Bila tidak memiliki bererti ia telah kehilangan dirinya, kehilangan rahasia wujudnya. la seperti pohon kering yang daun-daunnya berguguran, tidak menghijau dan tidak hidup. Atau seperti pohon yang tidak berbuah, hidup tapi seperti mati. la tidak punya pengaruh dalam kehidupan kerana hanya dapat mengambil tetapi tidak dapat memberi. Ada sejumlah orang yang bukan nabi juga bukan syuhada, tetapi kedudukannya
di sisi Allah membuat para nabi dan para syuhada in hati. Mereka dapat menyingkap
rahsia Allah dalam dirinya, yakni anugerah indra: telinga, mata, dan hati.
Mereka membangkitkan dan "memerangi"nya dengan ibadah dan ketaatan,
sehingga menyala dan berkobar-kobar. Dari dalam jiwa dan hatinya muncul luapan
gelombang yang mampu mengharu biru hati manusia sehingga menjadikannya lunak
di hadapan Allah swt. Hati dan perasaan menjalin hubungan yang demikian harmonis,
dan tak dapat di-ungkapkan dengan kata-kata, namun kita dapat merasakan
kebahagiaan dengannya. la menjelma menjadi kha-yalan indah yang melayang-layang. la
pun lalu berubah menjadi "magnet" yang dapat menarik ruh dan hati.
Tak seorang pun yang tidak mempunyai perasaan seperti ini, walau hanya sedikit.
Seorang da'i yang sukses adalah yang mendapat petunjuk Allah ke tempat persembunyian
perasaan ini, sehingga menambah kekuatan dan gairahnya. Allah swt.
berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian." (Al-Anfal:
24)
Sementara orang-orang yang kering hatinya dan berkarat jiwanya, telah Allah
nyatakan,
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada sungai-sungai yang mengalir darinya, dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air darinya, dan di antaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari yang kalian kerjakan." (Al-Baqarah: 74)
Ayat ini telah menjelaskan bahawa batu itu sensitif. Bahkan ia meluncur jatuh
kerana takut kepada Allah. Tetapi kita tidak memiliki peralatan yang dapat membuka
rahsia, bagaimana batu itu dapat sensitif. Namun kita yakin (melalui ayat) tersebut
bahawa ia memang sensitif, takut, dan melekat satu sama lain kerana takut-nya
kepada Allah.
Bila batu saja sensitif, gemetaran, dan melekat satu sama lain kerana takut kepada

Allah, lalu bagaimana dengan manusia yang banyak diberikan oleh Allah
kenikmatan yang besar, seperti akal, perasaan, dan hati sebagai tempat penitipan
rahmat. Allah berfirman,
"Berkata Musa, 'Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
mengertiperkataanku“. (Thaha: 25-28)

Tidak ada komentar: