Rabu, 25 September 2013

Adab-adab Bersedekah


Sedekah mungkin telah menjadi kebiasaan dan rutinitas kita semua. Apalagi saat ini banyak yang‘mengkampanyekan’ sedekah sebagai salah satu tips short cut yang syar’i untuk memancing rizki bertambah lebih banyak. Semua berlomba-lomba bersedekah dengan penuh harapan ada timbal balik yang jauh lebih banyak dari yang dikeluarkan. Pemahaman dan keyakinan ini tentunya bukanlah hal yang salah, karena salah satu motivasi AlQuran sendiri menyatakan dengan jelas :
 “ perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui” (QS Al Baqoroh 261).

Tentunya dalam bersedekah, yang harus dijaga bukan hanya semangat dan motivasi semacam itu saja, namun kita harus menjalankan serangkaian adab agar lebih ihsan dalam bersedekah. Ajaran ihsan dalam segala kebaikan –termasuk sedekah- inilah yang ditekankan Rasulullah SAW dalam haditsnya : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala mewajibkan ihsan atas segala sesuatunya “. (HR.Muslim).

Ihsan dalam bersedekah bisa kita penuhi dengan menjalankan adab-adab dalam memberikan sedekah, sebagai berikut :

Pertama : Niat yang Ikhlas dan Memahami Hakikat Sedekah
Kunci setiap amal tentu bergantung dengan niatnya. Jangan sampai sedekah menjadi alat
mencari popularitas dan simpati dari masyarakat, karena bisa berarti hanya itu yang akan di
dapatkan tapi nol dalam catatan akhirat. Allah SWT telah mengingatkan hal ini dalam Al-Quran :
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (QS Hud 15-16)

Untuk menjaga keikhlasan dalam niat sedekah kita, maka akan lebih mudah ketika kita bisa
menghayati dan memahami hakikat sedekah. Sedekah sesungguhnya adalah bentuk rasa syukur kita terhadap rejeki dan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Yang dengan rasa syukur itu justru nikmat itu akan terus bertambah. Kita juga harus memahami bahwa sedekah juga akan menghilangkan kesombongan dalam diri kita, merasa bahwa setiap harta yang kita hasilkan adalah hasil jerih payah dan kecerdasan kita pribadi. Sedekah juga menghilangkan sifat-sifat bakhil dalam diri kita, serta menumbuhkan kepedulian dan rasa kasih sayang kepada sesama. Dengan memahami ini semua, perasaan dan niat kita dalam bersedakah akan lebih teruji dan tertata.

Kedua : Menganggap Kecil Sedekah yang kita keluarkan.
Sebagian orang merasa telah banyak mengeluarkan harta dan bersedekah untuk orang lain.
Bahkan terkadang ini membuatnya bersikap kurang baik pada mereka yang meminta sedekah kepadanya. Yang paling memprihatinkan dalam hal ini adalah ketika seseorang senantiasa menyebutkan apa-apa yang telah ia sedekahkan, yang mau tidak mau menunjukkan sifat riya yang bisa menghapus amal tersebut. Allah SWT telah mengingatkan :
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) .. “ (QS Al Baqoroh : 264)
Semestinya yang perlu dilakukan adalah menganggap enteng bahkan melupakan apa yang telah kita sedekahkan. Jika perlu, rasanya wajar kita berterima kasih kepada mereka yang mau menerima sedekah kita. Karena itu pertanda mereka meyakini sepenuhnya kehalalan dan kesucian harta kita.

Ketiga : Tidak Ragu-ragu dan Menunda-nunda
Allah SWT memotivasi kita untuk bersegera dan berlomba dalam amal kebaikan. Tanpa ragu, malu apalagi menunda-nunda. Kita dingatkan melalui firman-Nya dalam Al-Quran :
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Al Baqoroh 133)
Dalam kebaikan secara umum kita dianjurkan untuk bersegera dan berlomba, begitu pula
dengan bersedekah. Apalagi konteks sedekah adalah berhubungan dengan orang lain,
karenanya semakin cepat kita menyegerakan sedekah kita, akan semakin bermanfaat bagi
mereka yang membutuhkan. Adapun sikap menunda-nunda sedekah dengan memunculkan
banyak alasan, sungguh akan melahirkan sifat bakhil dalam diri kita. Padahal jauh-jauh hari
Rasulullah SAW telah memberikan garansi tentang keutuhan harta kita paska sedekah, beliau bersabda dalam haditsnya : “Tidak akan berkurang harta seorang hamba karena disedekahkan”(HR Tirmidzi)

Keempat : Menutup-nutupi dan Merahasiakan sedekah kita.
Sedekah memang bisa dilakukan dengan terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Namun hati
manusia yang lemah akan lebih mudah tergoda untuk riya saat sedekah dilakukan terangterangan, apalagi jika dengan publikasi besar-besaran. Potensi hati yang lemah dan cenderung riya ini telah diingatkan dalam Al-Quran, yang merekomendasikan sedekah dengan tertutup jika memungkinkan, karena akan lebih menjaga hati dari kesombongan dan rasa riya. Allah SWT berfirman dengan gamblang :
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 271)

Selain ayat di atas, dalam riwayat Muslim juga kita mendengar bahwa Rasulullah SAW
menyebutkan tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dan perlindungan dari Allah
SWT di hari kiamat nanti. Salah satu dari tujuh golongan tersebut adalah : seorang yang
bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, bahkan hingga digambarkan tangan kanannya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kirinya.

Gambaran kemuliaan di atas cukuplah memberikan motivasi bagi kita untuk berusaha menjaga sedekah kita agar tidak terlalu menonjol dan diketahui banyak orang. Tentu saja ini bukan berarti larangan bersedekah dengan cara terang-terangan, karena terkadang hal tersebut justru bisa memotivasi yang lainnya untuk berbondong-bondong mengikuti kebaikan tersebut. Adapun hikmah yang terkandung dalam sedekah yang tersembunyi setidaknya ada dua, pertama ; akan lebih menjaga hati kita dari penyakit riya, dan yang kedua ; menjaga kemuliaan dan harga diri mereka yang menerima sedekah kita.

Kelima : Bersedekah dengan memberikan yang Halal dan Terbaik
Hal yang pertama kita pastikan dalam bersedekah adalah menjaga kehalalan sumber harta kita. Sedekah tidak sekali-kali mampu membersihkan harta yang sejak awal kotor atau haram, dan lebih jauh lagi hal tersebut justru akan menjauhkan kita dari keridhoan ilahi. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidak akan diterima shalat tanpa thaharah (bersuci), dan tidak akan diterima pula sedekah dari harta curian (ghulul).” (HR Muslim).

Maka pastikan seluruh pendapatan dan harta yang kita terima adalah yang halal dan berkah, dari situlah kita akan bersedekah. Setelah mencari dari sumber yang halal, adab selanjutnya yang senantiasa harus kita perhatikan adalah, memilih yang terbaik dari apa yang akan kita sedekahkan. Jika itu makanan maka berarti bukan jenis makanan yang tidak kita suka, atau pakaian yang barangkali sudah kekecilan bagi kita. Namun yang terjadi semestinya adalah sebaliknya, kita harus memberikan yang terbaik bahkan jika memungkinkan termasuk hal yang kita sukai.

Dua ayat berikut ini semestinya memotivasi kita untuk mengoptimalkan pilihan harta sedekah kita :“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.” (QS. Al-Baqarah: 267)

 “ kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imron 92)

Meskipun kita dituntut untuk bersedekah dengan yang terbaik yang kita mampu, bukan berarti bahwa sedekah kita harus selalu baku dalam jumlah yang besar atau kualitas yang hebat misalnya. Namun perlu rasanya meyakinkan diri untuk mencoba senantiasa bersedekah, dan tidak harus berjumlah besar karena tidak setiap waktu kita bisa mewujudkannya. Rasulullah SAW bersabda : “Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR.Ibnul Mubarok dari hadits Ikrimah)

Semoga Allah SWT memudahkan.

Senin, 22 Oktober 2012


10 IDE SUKSES WIRAUSAHA
“9 dari 10 pintu rizki ummatku  ada diperdagangan” (Sabda Rasululloh Muhammad SAW)
Mulailah dengan mengerjakan apa yang perlu ; lalu kerjakanlah apa yang mungkin ; maka tiba-tiba anda mengerjakan yang mustahi ; (St. Francis dari assisi)
“Seorang Pengusaha yang paling sukses adalah dia yang berpegang pada hal-hal lama selama hal itu masih baik dan merebut hal hal baru begitu terbukti hal itu lebih baik” (Robert P Vanderpoel)

Mahasiswa sukses adalah mahasiswa yang selalu mempunyai dan menemukan ide/gagasan untuk pengembangan karirnya. Terlebih-lebih jika mahasiswa tersebut mempersiapkan diri untuk menjadi seorang entrepreneur sukses, maka kreatifitas dan inovasi adalah kata kuncinya. Beberapa ide wirausaha dibawah ini yang mungkin sederhana namun ”membumi” dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memulai menjadi seorang Entrepreneur Sukses.
Ide ke-1 : Jual keunikan
Jika anda tergolong mahasiswa kreatif dan inovatif, pasti banyak ide atau hal baru yang dapat Anda jadikan peluang usaha. Tidak sedikit usaha baru dimulai dari penemuan jenis produk, teknologi, sistem, dan program baru. Jika berhasil menciptakan sebuah keunikan, segera anda ambil hak paten dan menjualnya. Penemuan baru biasanya sangat berpeluang untuk menembus pasar, apalagi khas, unik, dan dibutuhkan orang banyak.
Contoh nyata, teman-teman saya membuat kaos-kaos unik dengan kata-kata yang penuh motivasi. Kaos tersebut memang biasa saja kalau dilihat sepintas, tapi karena ada keunikannya dengan kata-kata yang penuh inovasinya, bisa menambah nilai jual. Tentunya keuntungan bisa jauh lebih besar dengan keunikan yang mereka jual.Baca Selengkapnya

Kamis, 09 Juni 2011

Proposal untuk ORTU...

Latar Belakang
Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin
Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu".
Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32).

Senin, 16 Mei 2011

HARI JUM'AT..waktu mustajab berDO'A

Sungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:

الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب

“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”

Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي

“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)

Sabtu, 07 Mei 2011

Magnet Hati


Tidak ada seorang pun, ketika Allah menciptakannya, kecuali pasti memiliki potensi menerima dan menolak. Bila tidak memiliki bererti ia telah kehilangan dirinya, kehilangan rahasia wujudnya. la seperti pohon kering yang daun-daunnya berguguran, tidak menghijau dan tidak hidup. Atau seperti pohon yang tidak berbuah, hidup tapi seperti mati. la tidak punya pengaruh dalam kehidupan kerana hanya dapat mengambil tetapi tidak dapat memberi. Ada sejumlah orang yang bukan nabi juga bukan syuhada, tetapi kedudukannya
di sisi Allah membuat para nabi dan para syuhada in hati. Mereka dapat menyingkap
rahsia Allah dalam dirinya, yakni anugerah indra: telinga, mata, dan hati.
Mereka membangkitkan dan "memerangi"nya dengan ibadah dan ketaatan,
sehingga menyala dan berkobar-kobar. Dari dalam jiwa dan hatinya muncul luapan
gelombang yang mampu mengharu biru hati manusia sehingga menjadikannya lunak
di hadapan Allah swt. Hati dan perasaan menjalin hubungan yang demikian harmonis,
dan tak dapat di-ungkapkan dengan kata-kata, namun kita dapat merasakan
kebahagiaan dengannya. la menjelma menjadi kha-yalan indah yang melayang-layang. la
pun lalu berubah menjadi "magnet" yang dapat menarik ruh dan hati.
Tak seorang pun yang tidak mempunyai perasaan seperti ini, walau hanya sedikit.
Seorang da'i yang sukses adalah yang mendapat petunjuk Allah ke tempat persembunyian
perasaan ini, sehingga menambah kekuatan dan gairahnya. Allah swt.
berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian." (Al-Anfal:
24)
Sementara orang-orang yang kering hatinya dan berkarat jiwanya, telah Allah
nyatakan,
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada sungai-sungai yang mengalir darinya, dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air darinya, dan di antaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari yang kalian kerjakan." (Al-Baqarah: 74)
Ayat ini telah menjelaskan bahawa batu itu sensitif. Bahkan ia meluncur jatuh
kerana takut kepada Allah. Tetapi kita tidak memiliki peralatan yang dapat membuka
rahsia, bagaimana batu itu dapat sensitif. Namun kita yakin (melalui ayat) tersebut
bahawa ia memang sensitif, takut, dan melekat satu sama lain kerana takut-nya
kepada Allah.
Bila batu saja sensitif, gemetaran, dan melekat satu sama lain kerana takut kepada

Allah, lalu bagaimana dengan manusia yang banyak diberikan oleh Allah
kenikmatan yang besar, seperti akal, perasaan, dan hati sebagai tempat penitipan
rahmat. Allah berfirman,
"Berkata Musa, 'Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
mengertiperkataanku“. (Thaha: 25-28)

Sabtu, 26 Februari 2011

Kejujuran Yang Berbuah Manis

Beberapa abad lalu, di masa-masa akhir tabi’in. Di sebuah jalan, di salah satu pinggiran kota Kufah, berjalanlah seorang pemuda. Tiba-tiba dia melihat sebutir apel jatuh dari tangkainya, keluar dari sebidang kebun yang luas. Pemuda itu pun menjulurkan tangannya memungut apel yang nampak segar itu. Dengan tenang, dia memakannya.
Pemuda itu adalah Tsabit. Baru separuh yang digigitnya, kemudian ditelannya, tersentaklah dia. Apel itu bukan miliknya! Bagaimana mungkin dia memakan sesuatu yang bukan miliknya?
Akhirnya pemuda itu menahan separuh sisa apel itu dan pergi mencari penjaga kebun tersebut. Setelah bertemu, dia berkata: “Wahai hamba Allah, saya sudah menghabiskan separuh apel ini. Apakah engkau mau memaafkan saya?”

Jumat, 25 Februari 2011

Allah 'Azza wa Jalla Turun Ke Langit Dunia

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir.
Dia berfir rman,
"Siapa yang berdo'a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa yang meminta
kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku,
maka akan Aku ampuni.(H.R.Bukhari dan Muslim)

Hikmah Diutusnya Para Nabi dan Rasul

Allah telah mengutus semua Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

رسلا مبشرين ومنذرين لئلا يكون للناس على الله حجة بعد الرسل

“(Kami telah mengutus) Rasul-rasul mejadi penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan, supaya tiada lagi suatu alasan bagi mausia membantah Allah setelah (diutusnya) para Rasul itu.” (QS. An-Nisa’ : 165).

Rasul pertama adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam, dan Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta beliaulah penutup para Nabi.

Jumat, 18 Februari 2011

Kutitip surat ini untukmu, Anakku..

Assalamu’alaikum,
Segala puji Ibu panjatkan kehadirat
Allah ta’ala yang telah memudahkan
Ibu untuk beribadah kepada-Nya.
Shalawat serta salam Ibu sampaikan
kepada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, keluarga dan para
sahabatnya. Amin…
Wahai anakku,
Surat ini datang dari Ibumu yang
selalu dirundung sengsara… Setelah
berpikir panjang Ibu mencoba untuk
menulis dan menggoreskan pena,
sekalipun keraguan dan rasa malu
menyelimuti diri. Setiap kali menulis,
setiap kali itu pula gores tulisan
terhalang oleh tangis, dan setiap kali
menitikkan air mata setiap itu pula hati
terluka…
Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau
lewati, kulihat engkau telah menjadi
laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas
dan bijak! Karenanya engkau pantas
www.salafiyunpad.wordpress.com abu zayd 1
membaca tulisan ini, sekalipun
nantinya engkau remas kertas ini lalu
engkau merobeknya, sebagaimana
sebelumnya engkau telah remas hati
dan telah engkau robek pula
perasaanku.

ADAB DI JALAN

1. Berjalanlah dengan tenang, tidak cepat maupun lambat. Berjalanlah dengan sikap wajar dan tawadhu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau memalingkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman: 18)
2. Pelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Katakanlah kepada laki-laki beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan-nya, dan memelihara kemaluannya....” (An-Nur: 30-31)